Jumat, 20 April 2012

Endokarditis


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ENDOKARDITTIS





LOGO STIKES AN.jpg
 







DI SUSUN OLEH :





DI SUSUN OLEH :
 KELOMPOK 6



1.        BAGAS RUDITO.               3. PHIDIYA SAPUTRA.
2.        IMAM SAFI’I.                     4. TRI WAHYU A.W.




PROGRAM  STUDI ILMU KEPERAWATAN
 STIKES AN - NUR  PURWODADI GROBOGAN
TAHUN AKADEMIK  2011-2012

KATA PENGANTAR


Makalah ini ditulis untuk melengkapi tugas mata kuliah Sistem Kardiovaskuler. Sesuai dengan petunjuk dalam silabus penulis membahas tentang “Endokarditis”.
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan dalam pembuatan makalah ini serta kepada rekan – rekan kelompok , yang telah mendukung dan membantu dalam penulisan makalah ini.
Mudah-mudahan dalam penyusunan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pihak – pihak yang berkepentingan, sehingga dapat mempermudah dan melancarkan proses pembelajaran.   
Dalam proses pembuatan makalah ini penulis menyadari banyak terdapat kesalahan – kesalahan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam  makalah ini. Terima kasih.







                                                                 Purwodadi,  5 April 2012


                                                                               Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................  i
KATA PENGANTAR ....................................................................................  ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................  iii
BAB   I      PENDAHULUAN .......................................................................  01
A.  Latar Belakang .........................................................................  01
B.  Tujuan Penulisan ......................................................................  02
BAB   II    KONSEP DASAR PENYAKIT .................................................  03
A.  Defenisi ....................................................................................  03
B.  Klasifikasi ................................................................................  03
C.  Etiologi ....................................................................................  05
D.  Patofisiologi .............................................................................  06
E.   Pemeriksaan Diagnostik ...........................................................  07
F.   Komplikasi ...............................................................................  08
G.  Pemeriksaan Penunjang ...........................................................  10
H.  Penatalaksanaan .......................................................................  11
BAB   III   KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN .....................  14
A.  Fokus Pengkajian .....................................................................  14
B.  Pathway ...................................................................................  15
C.  Rencana Asuhan Keperawatan ................................................  16
BAB   IV   KAJIAN JURNAL ......................................................................  30
A.  Jurnal ........................................................................................  30
B.  Analisis data ............................................................................  34
BAB   V    PENUTUP ....................................................................................  36
A.  Kesimpulan ..............................................................................  36
B.  Saran ........................................................................................  36
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................  37


BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mengalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung.
Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium.
Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik. Otot jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontraksi yang diawali kekuatan rangsang dari oto jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf.
Infeksi endokarditis biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat. Dahulu Infeksi pada endokard banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan oleh mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-lain.
Endokarditis tidak hanya terjadi pada endokard dan katub yang telah mengalami kerusakan, tetapi juga pada endokard dan katub yang sehat, misalnya penyalahgunaan narkotik perintravena atau penyakit kronik.

B.  Tujuan Penulisan
1.    Mahasiswa dapat mengetahui Konsep Dasar Penyakit “Endokarditis” yang meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, Komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan pencegahan penyakit “Endokarditis”.
2.    Mahasiswa dapat mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit “Endokarditis”.
3.    Mahasiswa dapat memahami Jurnal terkait.



BAB II
KONDEP DASAR PENYAKIT

A.  Definisi
Endokarditis adalah radang pada katup jantung dan endokardium yang disebabkan oleh kuman dan jamur (Murwani, A, 2009).
Endokarditis adalah suatu infeksi yang melibatkan endokardium yang utuh atau rusak atau katup jantung protesa (Edward K. Chung, 1995).
Endokarditis adalah infeksi yang serius dari salah satu dari empat klep-klep (katup-katup) jantung (Anonim, 2011).
Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. Infeksi endokarditis biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat. Dahulu Infeksi pada endokard banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan oleh mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-lain.

B.  Klasifikasi
Pengertian mengenai endokarditis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu endokarditis infektif dan endokarditis non infektif.
1.    Endokarditis infektif
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada endokardium jantung atau pada pembuluh darah besar. Penyakit ini ditandai oleh adanya vegetasi. Berdasarkan gambaran klinisnya, endokarditis infektif dibedakan menjadi dua yaitu : 1) Endokarditis bakterial subakut, timbul dalam beberapa minggu atau bulan dan disebabkan oleh bakteri yang kurang ganas, seperti streptokokus viridans. 2) Endokarditis oakterial akut, timbul dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, dengan tanda-tanda klinik yang lebih berat. Sering disebabkan oleh bakteri yang ganas seperti stafilokokus aureus.
2.    Endokarditis non infektif
Penyakit yang disebabkan oleh laktor trombosis yang disertai dengan vegetasi, Penyakit ini sering didapatkan pada penderita stadium akhir dari proses  keganasan. Berdasarkan jenis katup jantung yang terkena infeksi, endokarditis dibedakan juga menjadi dua yaitu : 1) Native valve endocarditis, yaitu infeksi pada  katup jantung alami. 2) Prosthetic Valve endocarditis, yaitu infeksi pada katup jantung buatan.
Gejala klinis endokarditis, sangat bervariasai dari yang ringan hingga yang terberat, yaitu Endokarditis Akut, dan Endokarditis Subakut,
1.    Endokarditis Akut biasanya dimulai secara tiba-tiba dengan demam tinggi 38,9-40,9 Celsius, denyut jantung yang cepat, kelelahan dan kerusakan katup jantung yang cepat dan luas. Vegetasi endokardial (emboli) yang terlepas bisa berpindah dan menyebabkan infeksi tambahan di tempat lain Penimbunan nanah (abses) dapat terjadi di dasar katup jantung yang terinfeksi atau di tempat tersangkutnya emboli yang terinfeksi. Katup jantung bisa mengalami perforasi (perlubangan) dan dalam waktu beberapa hari bisa terjadi kebocoran besar. Beberapa penderita mengalami syok; ginjal dan organ lainnya berhenti berfungsi (sindroma sepsis). Infeksi arteri dapat memperlemah dinding pembuluh darah dan meyebabkan robeknya pembuluh darah. Robekan ini dapat berakibat fatal, terutama bila terjadi di otak atau dekat dengan jantung
2.    Endokarditis Sub Akut bisa menimbulkan gejala beberapa bulan sebelum katup jantung rusak atau sebelum terbentuknya emboli. Gejalanya berupa kelelahan, demam ringan 37,2-39,2 Celsius, penurunan berat badan, berkeringat dan anemia. Diduga suatu endokarditis jika seseorang mengalami demam tanpa sumber infeksi yang jelas, jika ditemukan murmur jantung yang baru atau jika murmur yang lama telah mengalami perubahan. Limpa bisa membesar, Pada kulit timbul binti-bintik yang sangat kecil, juga di bagian putih mata atau dibawah kuku jari tangan. Bintik-bintik ini merupakan perdarahan yang sangat kecil yang disebabkan oleh emboli kecil yang lepas dari katup jantung. Emboli yang lebih besar dapat menyebabkan nyeri perut, penyumbatan mendadak pada arteri lengan atau tungkai, serangan jantung atau (stroke).

C.  Etiologi
Endokarditis paling banyak disebabkan oleh streptokokus viridans yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran pernapasan bagian atas. Sebelum ditemuklan antibiotik, maka 90-95% endokarditis infeksi disebabkan oleh streptokokus viridans, tetapi sejak adanya antibiotik streptokokus viridans 50% penyebab infeksi endokarditis yang merupakan 1/3 dari sumber infeksi. Penyebab lain dari infeksi endokarditis yang lebih patogen yaitu stapilokokus aureus yang menyebabkan infeksi endokarditis subakut. Penyebab lainnya adalah stertokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram negatif aerob/anaerob, jamur, virus, ragi, dan kandida.
Faktor-faktor predisposisi dan faktor pencetus.
1.    Faktor Predisposisi diawali dengan penyakit-penyakit kelainan jantung dapat berupa penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, katub jantung prostetik, penyakit jantung sklerotik, prolaps katub mitral, post operasi jantung, miokardiopati hipertrof obstruksi. Endokarditis infeksi sering timbul pada penyakit jantung rematik dengan fibrilasi dan gagal jantung. Infeksi sering pada katub mitral dan katub aorta. Penyakit jantung bawaan yang terkena endokarditis adalah penyakit jantung bawaan tanpa ciyanosis, dengan deformitas katub dan tetralogi fallop. Bila ada kelainan organik pada jantung, maka sebagai faktor predisposisi endokarditis infeksi adalah akibat pemakaian obat imunosupresif atau sitostatik, hemodialisis atau peritonial dialisis, serosis hepatis, diabetis militus, penyakit paru obstruktif menahun, penyakit ginjal, lupus eritematosus, penyakit gout, dan penyalahan narkotik intravena.
2.    Faktor pencetus endokarditis infeksi adalah ekstrasi gigi atau tindakan lain pada gigi dan mulut, kateterisasi saluran kemih, tindakan obstretrik ginekologik dan radang saluran pernapasan.

D.  Patofisiologi
Terjadinya endokarditis karena menempelnya mikro organisme dari sirkulasi darah pada permukaan endokardial, kemudian mengadakan multiplikasi, terutama pada katup-katup yang telah cacat.
Penempelan bakteri-bakteri tersebut akan membentuk koloni, dimana nutrisinya diambil dari darah.
Adanya koloni bakteri tersebut memudahkan terjadinya thrombosis, kejadian tersebut dipermudah oleh thromboplastin, yang ditimbulkan oleh lekosit yang bereaksi dengan fibrin.
Jaringan fibrin yang baru akan menyelimuti koloni-koloni bakteri dan menyebabkan vegetasi bertambah.
Daerah endokardium yang sering terkena yaitu katup mitral, aorta. Vegetasi juga terjadi pada tempat-tempat yang mengalami jet lessions, sehingga endothelnya menajdi kasar dan terjadi fibrosis, selain itu terjadi juga turbulensi yang akan mengenai endothelium.


Bentuk vegetasi dapat kecil sampai besar, berwarna putih sampai coklat, koloni dari mikroorganisme tercampur dengan platelet fibrin dimana disekelilingnya akan terjadi reaksi radang.
 Bila keadaan berlanjut akan terjadi absces yang akan mengenai otot jantung yang berdekatan, dan secara hematogen akan menyebar ke seluruh otot jantung.
Bila absces mengenai sistim konduksi akan menyebabkan arithmia dengan segala manifestasi kliniknya.
Jaringan yang rusak tersebut akan membentuk luka dan histiocyt akan terkumpul pada dasar 3 vegetasi.
Sementara itu endothelium mulai menutupi permukaan dari sisi peripher,
proses ini akan berhasil bila mendapat terapi secara baik.
Makrophage akan memakan bakteri, kemudian fibroblast akan terbentuk diikuti pembentukan jaringan ikat kolagen.
Pada jaringan baru akan terbentuk jaringan parut atau kadang-kadang terjadi ruptur dari chordae tendinen, oto papillaris, septum ventrikel. Sehingga pada katup menimbulkan bentuk katup yang abnormal, dan berpengaruh terahdap fungsinya.
Permukaan maupun bentuk katup yang abnormal/cacad ini akan memudahkan terjadinya infeksi ulang. Vegetasi tersebut dapat terlepas dan menimbulkan emboli diberbagai organ.
Pasen dengan endokarditis biasanya mempunyai titer antibodi terhadap mikroorganisme penyebab, hal tersebut akan membentuk immune complexes, yang menyebabkan gromerulonephritis, arthritis, dan berbagai macam manifestasi kelainan mucocutaneus, juga vasculitis.

E.  Pemeriksaan Diagnostik
Sering penderita tidak mengetahui dengan jelas. Sejak kapan penyakitnya mulai timbul, misalnya sesudah cabut gigi, mulai kapan demam, letih-lesu, keringat malam banyak, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, sakit sendi, sakit dada, sakit perut, hematuria, buta mendadak, sakit pada ekstremitas (jari tangan dan kaki), dan sakit pada kulit.
1.      Gejala umum
Demam dapat berlangsung terus-menerus retermiten / intermiten atau tidak teratur sama sekali. Suhu 38-40 C terjadi pada sore dan malam hari, kadang disertai menggigil dan keringat banyak. Anemia ditemukan bila infeksi telah berlangsung lama. pada sebagian penderita ditemukan pembesaran hati dan limpha.
2.      Gejala Emboli dan Vaskuler
Ptekia timbul pada mukosa tenggorok, muka dan kulit (bagian dada). umumya sukar dibedakan dengan angioma. Ptekia di kulit akan berubah menjadi kecoklatan dan kemudian hilang, ada juga yang berlanjut sampai pada masa penyembuhan. Emboli yang timbul di bawah kuku jari tangan (splinter hemorrhagic).
3.      Gejala Jantung
Tanda-tanda kelainan jantung penting sekali untuk menentukan adanya kelainan katub atau kelainan bawaan seperti stenosis mitral, insufficiency aorta, patent ductus arteriosus (PDA), ventricular septal defect (VCD), sub-aortic stenosis, prolap katub mitral. Sebagian besar endokarditis didahului oleh penyakit jantung, tanda-tanda yang ditemukan ialah sesak napas, takikardi, palpasi, sianosis, atau jari tabuh (clubbing of the finger). Perubahan murmur menolong sekali untuk menegakkan diagnosis, penyakit yang sudah berjalan menahun, perubahan murmur dapat disebabkan karena anemia . Gagal jantung terjadi pada stadium akhir endokarditis infeksi, dan lebih sering terjadi pada insufisiensi aorta dan insufisiensi mitral, jarang pada kelainan katub pulmonal dan trikuspid serta penyakit jantung bawaan non valvular .

F.   Komplikasi
  1. Komplikasi Endokarditis :
Diantara berbagai manifestasi klinik dari endokarditis komplikasi neurologi merupakan hal yang penting karena sering terjadi, merupakan komplikasi neurologik. Dapat melalui 3 cara:
a.    Penyumbatan dari pembuluh darah oleh emboli yang berasal dari vegetasi endokardial.
b.    Infeksi meningen, jaringan otak, dinding pembuluh darah karena septik emboli atau bakterimia.
c.    Reaksi immunologis.
Melalui mekanisme tersebut dapat menyebabkan:
a.    infark atau infark berdarah.
b.    pendarahan intra serebral, SAB, perdarahan subdural.
c.    proses desak ruang, seperti abses atau mycotic aneurysma.
d.   perubahan fungsi otak karena berbagai factor.
Bila terjadi emboli akan akan mengakibatkan :
a.    Gejala neurologik fokal bila mengenal hanya satu pembuluh darah.
b.    Lebih dari satu pembuluh darah tergantung dari istemianya apakah dapat membaik sebelum terjadi kerusakan yang permanen maka gejalanya mirip TIA, atau bila berlanjut menyebabkan kerusakan jaringan otak dan terjadi proses supurasi.
Hal tersebut mengakibatkan:
a.    Septik atau septic meningitis.
b.    Abses, mikro abses otak.
c.    Meningoencephalitis.
Bila dinding arteri atau vasa vaserum terkena maka akan terjadi aneurisma, yang akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah yang bersangkutan. Berbagai factor yang dapat menimbulkan kelainan neurologis yaitu: Hipoksia, ganguan metabolisme, pengaruh obat- obatan, pengaruh toksis dari infeksi systemic, reaksi imunitas terhadap pembuluh darah, proliferatif endarteritis.
  1. Komplikasi dapat terjadi disemua organ bila terjadi emboli infektif :
a.    Gagal jantung
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung sedang sampai berat dan kematian terjadi 85% dari 95 kasus.
b.    Emboli
Emboli terjadi pada 13-35% endokarditis infektif subakut dan 50-60% pada penderita endokarditis akut. Emboli arteri sering terjadi pada otak, paru, arteri koronaria, limpa, ginjal ekstrimitas, usus, mata dll.
c.    Aneurisma nekrotik
Terjadi pada 3-5% endokarditis infektif dan akan mengalami perdarahan.
d.   Gangguan neurologik
Ditemukan pada 40-50% endokarditis infektif. Gangguan bisa berupa, gangguan kesadaran, gangguan jiwa (psikotik) meningo ensepalitis seteril. Kelainan pada pembuluh darah otak 80% disebabkan infark dan 20% karena perdarahan otak.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :        
1.      Laboratorium
Leukosit dengan jenis netrofil, anemia normokrom normositer, LED meningkat, immunoglobulin serum meningkat, uji fiksasi anti gama globulin positf, total hemolitik komplemen dan komplemen C3 dalam serum menurun, kadar bilirubin sedikit meningkat.
2.      Pemeriksaan umum urine ditemukan maka proteinuria dan hematuria secara mikroskopik. Yang penting adalah biakan mikro organisme dari darah . Biakan harus diperhatikan, darah diambil setiap hari berturut-turut dua hingga lima hari diambil sebanyak 10 ml dibiakkan dalam waktu agak lama 1-3 minggu, untuk mencari mikroorganisme yang mungkin berkembang agak lambat. biakkan bakteri harus dalam media yang sesuai. NB: darah diambil sebelum diberi antibiotik . Biakan yang positif uji resistansi terhadap antibiotik.
3.      Echocardiografi
Diperlukan untuk:
a.    Melihat vegetasi pada katub aorta terutama vegetasi yang besar ( > 5 mm).
b.    Melihat dilatasi atau hipertrofi atrium atau ventrikel yang progresif
c.    Mencari penyakit yang menjadi predisposisi endokarditis ( prolap mitral, fibrosis, dan calcifikasi katub mitral ).
d.   Penutupan katub mitral yang lebih dini menunjukkan adanya destrruktif katub aorta dan merupakan indikasi untuk melakukan penggantian katub.
4.      Pemeriksaan (EKG) menunjukkan adanya iskemia, hipertropi, blok konduksi, disritmia (elevasi ST), PR depresi.
5.      Pemeriksaan Enzim jantung menunjukan, peningkatan CPK, tapi MB inzuenzim tidak ada.
6.      Pemeriksaan Angiografi memperlihatkan stenosis katup dan regurgitasi atau menurunnya gerakan.
7.      emeriksaan Rontgen memperlihatkan pembesaran jantung, infiltrat pulmonal.
8.      Pemeriksaan CBC menunjukan terjadinya proses infeksi akut, kronik atau anemia.
9.      Pemeriksaan Kultur darah bertujuan untuk mengisolasi penyebab bakteri, virus dan jamur.
10.  Pemeriksaan ESR menunjukan elevasi secara umum.
11.  Pemeriksaan Titer ASO menunjukan demam rematik  (kemungkinan faktor pencetus).
12.  Pemeriksaan Titer ANA  positif dengan penyakit autoimmun contoh : SLE (kemungkinan faktor pencetus).
13.  Pemeriksaan BUN dapat mengevaluasi uremia (kemungkinan faktor pencetus).
14.  Pemeriksaan Perikardiosentesis, cairan perikardial diperiksa untuk mengetahui penyebab infeksi, bakteri, TBC, virus atau infeksi jamur, SLE, penyakit rematik.
H.  Penatalaksanaan
Prinsip dasar dalam pengobatan endokarditis adalah membasmi kuman penyebab secepat mungkin, tindakan operasi pada saat yang tepat bila diperlukan dan mengobati kompliikasi yang terjadi.
Saran pengobatan adalah eradikasi total organisme penyerang melalui dosis adekuat agen antimicrobial yang sesuai.
1.      Isolisasikan organisme penyebab melalui seri kultur darah. Kultur darah dilakukan untuk membantu perjalanan terapi.
2.      Setelah pemulihan dari proses infeksi, kerusakan katub serius mungkin membutuhkan pengganti katub.
3.      Suhu tubuh pasien dipantau untuk keefektifan pengobatan.
Penatalaksanaan medis umum:
1.      Tirah baring.
2.      Farmakoterapi : antibiotik (penicillin, streptomycin vancomycyn, gentamicyn).
3.      Penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena dosis tinggi selama minimal 2 minggu. Pemberian antibiotik saja tidak cukup pada infeksi katub buatan. Mungkin perlu dilakukan pembedahan jantung untuk memperbaiki atau mengganti katub yang rusak dan membuang vegetasi. Sebagai tindakan pencegahan, kepada penderita kelainan katub jantung, setiap akan menjalani tindakan gigi maupun pembedahan sebaiknya diberikan antibiotik.
Tabel 1. Pengobtan Endokarditis Infektif yang disebabkan oleh kokus gram positif.
PENGOBATAN SECARA EMPIRIS
PENGOBATAN SECARA PEMBEDAHAN
Untuk ABE : Nafsilin 2 gram/4 jam + ampisilin 2 gram/4 jarn + gentamisin 1,5 mg/kgBB/8jam.

Untuk SBE : Ampisilin 2 gramla jam + gentamisin 1,5 mgikgBB/8 jam.
Tindakan pembedahan diperlukan pada keadaan :
- gagal jantung tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
- septikemia yang tidak respon dengan pengobatan antibiotika.
- emboli multipel.
- "relapsing endocarditis'.
- endokarditis pada katup buatan.
- perluasan infeksi rntrakardiak.
- endokarditis pada lesi iantung yang perlu tindakan koreksi bedah sepeti cacat jantung bawaan.
- endokarditis oleh karena jamur.


Tabel 2. Standar profilaksis terhadap endokarditis infektif.
A. Prolilaksis standar
1. Untuk pencabutan gigi alau
tindakan pada traktus respiratorius.
: Penisilin 2 gram (oral),
1 jam sebelum tindakan dan 1 gram, 6 jam sesudahnya.
B.Prolilaksis khusus
1. Parenteral,untuk penderita resiko tinggi tindakan gastrointestinal atau urogenital.
: Ampisilin 2 gram + Genlamisin 1,5 mg/KgBB 1/2 iam sebelum tindakan.
2. Unluk alergi penisilin
parenteral

: Vankon lsin 1 gram pelan-pelan i.v. +Genmisin 1,5 gram/kgBB 1 jam sebelum tindakan,
3. Oral (penderita alergi penisilin) untuk tindakan pada traktus respiratorius
: Eritromisin 1 gram 1 iam sebelum tindakan dan 0,5 gram 6 jam sesudah
tindakan.
4. Oral untuk tindakan minor
lraktus gastrointeslinal
atau urogenital
: Amoksisilin 3 gram 1 jam sebelum dan 1,5 gram 6 jam sesudah tindakan.
5. Parenleral untuk tindakan
operasi bedah jantung
: Sefazolin 2'gram i.v. pada waktu induksi anestesi, diulang 8 ,jam dan 16 jam kemudian.
: Vankomisin 1 gram pelan, 1 jam pada waktu induksi, anestesi kemudian 0,5 gram 8 jam dan 16 jam
sesudahnya.



BAB III         
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.  Pengkajian
1.      Riwayat atau adanya factor resiko
a.    Penyakit jantung bawaan.
b.    Riwayat bedah jantung.
c.    Pemakaian obat-obat intravena yang sembarangan.
d.   Prosedur diagnose kardiovaskuler sebelumnya yang bersifat invasive
2.      Pemeriksaan fisik berdasarkn pengkajian status kardiovaskuler (apendiks G) dan survei umum (apendiks F) kemungkinan menunjukkan :
a.    Anoreksia dan kehilangan berat badan.
b.    Lelah.
c.    Splenomegali.
d.   Lesivaskuler.
e.    Ptekie.
f.     Nodus oseler’s (nyeri, adanya nodul merah di kulit).
g.    Lecy jeneways (datar, tidak ada nyeri, bintik- bintik merah yang di temukan di telapak kaki dan telapak tangan yang menjadi pucat karena tekanan).
3.      Gejala gagal jantung
a.    Pemeriksaan diagnostic
1)   Kultur darah positif untuk infeksi organisme.
2)   JDL menunjukkan leukositosis, dan hb, hematokrit dan sdm di bawah  batas normal.
3)   Laju sedimen eritrosit (ESR ) meningkat, yang menggambarkan adanya peradangan.
4)   Sinar X dada mendeteksi gagal jantung kogestif dan hipertrofi  jantung.
5)   EKG untuk mengkaji gagal jantung dan aritmia.
6)   Ekokardiogram untuk menentukan luasnya kerusakan katub.
4.      Kaji perasaan pasien dan masalah-masalah tentang kondisi sesudah distres kardio pulmonal terkontrol.

B.  Flowchart: Alternate Process: Antigen (protein dinding sel Streptococus β Hemolytic Group A)Flowchart: Alternate Process: Infeksi Oleh Streptococus β Hemolytic Group APathway


 

































Flowchart: Alternate Process: Menempel di Membran Sel Endocard, Corda Tendinea, Daun Katup dan Miokacd









Flowchart: Alternate Process: Fibrosis/Kalsifikasi Katup (kaku, tebal, dan memendek, sehingga anulus katup menyempit)





Flowchart: Alternate Process: Insufisiensi Katup
Flowchart: Alternate Process: Regurgitasi Katup





 


 

C.  Rencana Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian
Data Demografi/ identitas
a.    Umur (usia > tua)
1)   Murmur jantung
2)   Aritmia
3)   Tekanan darah mneingkat
4)   Nadi perifer cenderung lemah
5)   Intoleransi aktivitas
b.    Suku bangsa
1)   Pekerjaan
a)    Pekerja berat
b)   Stress tinggi
2)   Lingkungan/ tempat tinggal
a)    Mempengaruhi pola hidup dan konsumsi makanan
Pengkajian data dasar
a.    Riwayat atau adnya factor- factor resiko:
1)   Penyakit jantung bawaan
2)   Riwayat bedah jantung
3)   Pemakaian obat-obatan intravena yang sembarangan
4)   Prosedue diagnosa kardiovaskuler sebelumnya yang bersifat invasif
b.    Pemeriksaan fisisk berdasarkan pengkajian status kardiovaskuler dan survei umum kemungkinan menunjukkan :
1)   Tiga kelompok besar anemia, demam intermitten dan murmur systole(dengan stenosis aorta infusiensi tricuspid atau infusiensi mitral) atau murmur diastolic (dengan isufiensi aorta stenosis tricuspid atau stenosis mitral)
2)   Atralgia
3)   Anoreksia dan kehilangan berat badan
4)   Lelah
5)   Spelenomegali
6)   Lesi vaskuler
a)    Nodus osler (nyeri, adanya nodul merah dikulit)
b)   Lesi janeways (datar, tidak ada nyeri, bintik- bintik merah yang ditemukan ditelapak kaki dan ditelapak tangan yang menjadi pusat karena tekanan)
7)   Ptekia
8)   Gejala gagal jantung
c.    Pemeriksaan diagnostik
1)        Kultur darah positif untuk infeksi organisme
2)        JDL menunjukkan leukositosis, Hb, hematokrit, dan SDM dibawah batas normal
3)        Laju sedimen eritrosit(ESR) meningkat, menggambarkan adanya peradangan
4)        Urinelasis AU menunjukkan hematuria dan proteunaria positif
5)        Sinar X dada mendeteksi gagal jantung kongestif dan hipertropi jantung
6)        EKG untuk mengkaji gagal jantung dan aritmia
7)        Ekokardiogram untuk menentukan luasnya kerusakan katup
8)        Enzim jantung: CPK mungkin tinggi, tetapi isoenzim MB tidak ada
9)        Angiografi: dapat menunjukkan stenosis katup dan regurtasi/ penurunan gerak dinding
10)    Sinar X dada: dapat menunjukan pembesaran jantung, infiltrsi pulmonal
11)    JDL : dapat menunjukkan infeksi akut/ kronis anemia
12)    Kultur darah: dilakukan untuk mengisolasi bakteri, virus, dan jamur penyebab
13)    LED: umumnya meningkat
14)    Titer ASO: peninggian pada demam reumatik(kemungkinan pencetus)
15)    Titer ANA: positif pada penyakit antonium missal: SLE(kemungkinan pencetus)
16)    Perikardiosintesis: cairan pericardial dapat diperiksa untuik etiologi, infeksi, seperti bakteri, tuberkolosis, infeksi virus, atau jamur, SLE, penyakit rheumatoid, keganasan
d.   Kajian perasaan pasien dan masalah- masalah tentang kondisi sesudah distress cardiopulmonal

2.      Diagnosa Keperawatan
a.    Nyeri (akut) dapat dihubungkan dengan:
1)        Inflamasi miokardium atau perikardium
2)        Efek- efek sistemik dari infeksi
3)        Iskemia jaringan(miokardium)
Kemungkinan di buktikan dengan:
1)        Nyeri dada, penyebaran ke leher/ punggung
2)        Nyeri sendi
3)        Nyeri meningkat dengan inspirasi dalam, gerakan aktivitas, posisi
4)        Demam, menggigil
b.    Intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan:
1)        Inflamasi dan degenerasi sel-sel otot moikard
2)        Pembatasan pengisian jantung/ kontraksi ventrikel,penurunan curah jantung
3)        Toksin dari organisme penginfeksi
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1)        Keluhan kelemahan/ keletihan/ dispnea dengan aktivitas
2)        Perubahan dalam tanda- tanda karena aktivitas
3)        Tanda- tanda GJK
c.    Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap factor resiko dapat meliputi :
1)        Akumulasi cairan dalam kantung perikardia (perikarditis)
2)        Stenosis/ insufisiensi katup
3)        Penurunan atau konstriksi fungsi ventrikel
4)        Degenerasi otot jantung
Kemungkinan dapat dibuktikan oleh:
1)        Tidak dapat diterapkan adanya tanda- tanda dan gejala- gejala membuat diagnosa aktual
d.   Perfusi jaringan, perubahan, resiko tinggi terhadap faktor resiko meliputi:
1)        Emboli trombus/ vegetasi katup sekunder terhadap endokarditis
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1)        Tidak diterapkan adanya tanda- tanda dan gejala- gejala membuat diagnosa aktual
e.    kurang pengetahuan tentang kondisi/ pengobatan dapat di hubungkan dengan :
1)        Kurang informasi tentang proses penyakit, cara untuk mencegah pengulangan atau komplikasi
Kemungkinan di hubungkan dengan:
1)        Permintaan informasi
2)        Kegagalan membaik
3)        Terulangnya/ komplikasi yang dapat dicegah


3.      Intervensi
a.    Diagnosa keperawatan: Nyeri (akut) dapat dihubungkan dengan :
1)         Inflamasi miokardium atau pericardium
2)         Efek- efek sistemik dari infeksi
3)         Iskemia jaringan(miokardium)




INTERVENSI / TINDAKAN
RASIONAL
Mandiri :
Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan factor pemberat atau penurun. Perhatikan penunjuk nonverbal dari ketidak nyamanan. Misalnya: berbaring dengan diam atau gelisah, tegang otot, menangis.
Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan. Misalnya: perubahan posisi, gosokan punggung, penggunaan kompres panas/ dingin, dukungan emosional, berikan aktivitas hiburan yang yang tepat
Kolaboratif : Berikan obat- obat sesuai indikasi: agen nonsteroid mis, indometasin(indocin); ASA(aspirin), antipiretik mis; ASA/ asetaminofen (Tylenol) steroid Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi

Nyeri perikarditis secara khas terletak subternal dan dapat menyebar keleher dan punggung. Namun ini berbeda dari iskemia miokard/ nyeri infrak, pada nyeri ini menjadi memburuk pada inspirasi dalam, gerakan, atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/ membungkuk. Catatan : nyeri dada dapat atau mungkin tidak menyertai endokarditis dan miokarditis, tergantung adanya iskemia.
Tindakan ini dapat menurunkan emosional pasien.
Mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.
Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respon inflamasi
Untuk menurunkan demam dan meningkatkan kenyamanan.
Dapat diberikan untuk gejala yang lebih berat Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk ambilan untuk menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan iskemia.



b.    Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas dapat di hubungkan dengan :
1)        Inflamasi dan degenerasi sel- sel otot miokard
2)        Pembatasan pengisian jantung / kontraksi ventrikel, penurunan ventrikuler, penurunan curah jantung, toksin dari organisme penginfeksi.
INTERVENSI/ TINDAKAN
RASIONAL
Mandiri :
Kaji respon pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya dan perubahan dalam keluhan kelemahan, keletihan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas. Pantau frekuensi/ irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum/ setelah aktivitas dan selama diperlukan. Pertahankan tirah baring selama priode demam dan sesuai indikasi. Rencanakan perawatan dengan priode istirahat/ tidur tanpa gangguan. Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat respon tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas. Evaluasi respons emosional terhadap situas/ berikan dukungan.
Kolaborasi : Berikan oksigen suplemen.



Miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel- sel miokardial, sebagai akibat GJK. Penurunan pengisian dan curah jantung dapat menyebabkan pengumpulan cairan dalam kantung pericardial bila ada perikarditis. Akhirnya, endokarditis dapat terjadi dengan disfungsi katup, secara negative mempengaruhi curah jantung.
Membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas. Meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut dari perikarditis/ endokarditis. Catatan: demam meningkatkan kebuuhan dan kebutuhan oksigen, karenanya meningkatkan kebutuhan dan konsumsi oksigen, karenanya meningkatkan beban kerja jantung dan menurunkan toleransi aktivitas.

Memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional. Saat inflamasi/ kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktifitas yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanent/ terjadi komplikasi. Ansietas akan ada karena inflamasi/ infeksi dan respon jantung (fisiologis), serta derajat takut pasien serta kebutuhan ketrampilan koping emosional diakibatkan oleh potensial penyakit yang mengancam hidup (psikologis). Dorongan dan dukungan akan diperlukan untuk mengatasi frustrasi terhadap tinggal dirumah sakit yang lama. Peningkatan ketersediaan oksigen untuk ambilan miokard untuk mengimbangi peningkatan konsumsi oksigen yang terjadi dengan aktivitas.



c.    Diagnosa keperawatan : curah jantung, penurunan, risiko tinggi terhadap factor resiko dapat meliputi :
1)        Akumulasi cairan dalam kantung pericardia(perikarditis)
2)        Stenosis/ insufisiensi katup
3)        Penurunan/ kontriksi fungsi ventrikel
4)        Degenerasi otot jantung
INTERVENSI/ TINDAKAN
RASIONAL
Mandiri:
Pantau frekuensi/ irama jantung
Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/ muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.
Dorong tirah baring dalam posisi semi fowler. Berikan tindakan kenyamanan, missal : gosokan punggung dan perubahan posisi, dan aktivitas hiburan dalam toleransi jantung. Dorong penggunaan teknik menejemen stres, missal: bimbingan imajinasi, latihan pernafasan. Selidiki nadi cepat, hipotensi, penyempitan tekanan nadi, peningkatan CVP/ DVJ, perubahan tonus jantung, penurunan tingkat kesadaran. Kolaborasi: Berikan oksigen suplemen. Berikan obat- obatan sesuai indikasi, missal: digitalis, diuretic. Antibiotic/ antimicrobial intravena Bantu dalam perikardiosentesis darurat.Siapkan pasien untuk pembedahan, bila diindikasikan.
Takikardia dan disritmia dapat terjadi saat jantung berupaya untuk meningkatkan curahnya berespons pada demam, hipoksia, dan asidosis karena iskemia. Memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi, missal: GJK, tamponade jantung. Menurunkan kerja jantung, mrmaksimalkan curah jantung
Meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian. Perilaku yang bermanfaat untuk mengontrol ansietas, meningkatkan relaksasi, menurunkan beban kerja jantung. Manifestasi klinis dari tamponade jantung yang dapat terjadi pada perikarditis bila akumulasi cairan/ eksudat dalam kantung pericardia membatasi pengisian dan curah jantung. Manivestasi klinis dari GJK yang dapat menyertai endokarditis (infeksi / disfungsi katup) atau miokarditis (disfungsi otot miokard akut). Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk fungsi miokard dan untuk menurunkan efek metabulisme anaerob, yang terjadi sebagai akibat dari hipoksia dan asidosis. Dapat diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan menurunkan

kerja jantung pada adanya GJK (miokarditis). Diberikan untuk mengatasi pathogen yang teridentifikasi (endokarditi/ perikarditis, miokarditis), yang mencegah keterlibatan/ kerusakan jantung lebih lanjut. Prosedur dapat dilakukan ditempat tidur untuk menurunkan tekanan cairan disekitar jantung, yang dapat dengan cepat memperbaiki curah jantung (perikarditis). Penggantian katub mungkin perlu untuk memperbaiki curah jantung (endokarditis). Perikardektomi mungkin diperlukan karena akumulasi cairan pericardial berulang atau jaringan parut dan kontriksi fungsi jantung (perikarditis).


d.   Diagnosa keperawatan : perfusi jaringan, perubahan, risiko tinggi terhadap factor meliputi :
1)        Embolisasi thrombus / vegetasi katup sekunder terhadap endokarsitis.

INTERVENSI/ TONDAKAN
RASIONAL
Mandiri :
Observasi ekstrimitas terhadap pembekakan, eritmia.
Perhatikan nyeri tekan/ nyeri, tanda hormone positif.
Indicator yang menunjukkan embolisasi sistemik pada otak.
Ketidakaktifan/ tirah baring lama mencetuskan stasis vena., meningkatkan risiko pembentukan trombosis vena.
Observasi hematuria, disertai dengan nyeri punggung/ pinggang, oliguria.
Perhatikan keluhan nyeri pada abdomen kiri atas yang menyebar ke bahu kiri, nyeri tekan local, kekakuan abdominal.
Tingkatkan tirah baring dengan tepat.
Dorong latihan aktif/ Bantu dengan rentang gerak sesuai toleransi.
Kolaborasi:
Berikan/ lepaskan stoking antiembolisme sesuai indikasi.
Berikan antikoagulan, contoh: heparin, warfarin(coumadin).
Menandakan emboli ginjal.
Dapat menandakan emboli splenik.
Dapat membantu mencegah pembentukan atau migrasi emboli pada pasien dengan endokarsitis. Tirah baring lama (sering diperlukan untuk pasien dengan endokarditis dan miokarditis), namun, membawa risikonya sendiri tentang terjadinya fenomena tromboembolik.
Meningkatkan sirkulasi perifer dan aliran balik vena, karenanya menurunkan resiko pembentukan trombus. Penggunaannya controversial, tetapi dapat meningkatkan sirkulasi vena dan menurunkan risiko pembentukan thrombus vena supervisia l / dalam. Heparilamin dapat digunakan secara profilaksis bila pasien memerlukan tirah baring lama, mengalami sepsis atau GJK dan atau sebelum atau sesudah bedah penggantian katup. Catatan : Heparin kontraindikasi pada perikarditis dan tamponade jantung caumaden adalah obat pilihan untuk tera[pi setelah pengganti katup jangka panjang, atau adanya thrombus perifer.



e.    Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), tentang kondisi / pengobatan dapat dihubungkan dengan :
1)        Kurang informasi tentang proses penyakit, cara untuk mencegah pengeluaran pengulangan atau komplikasi.
INTERVENSI/ TINDAKAN
RASIONAL
Mandiri:
Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarkan untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/ berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh demam, peningkatan nyeri dada tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Anjurkan pasien/ orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat, kebutuhan diet/ pertimbangan khusus aktivitas yang diizinkan/ dibatasi.
Kaji ulang perlunya antibiotik jangka panjang/ terapi antimicrobial.
Diskusikan penggunaan antibiotic profilaksis.
Identifikasi tindakan pencegahan endokarditis seperti:
Pembersihan mulut dan perawatan gigi yang baik.
Hindari orang yang mengalami proses infekasi(khususnya pernafasan).
Untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan, dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/ gejala yang menunjukkan kekambuhan/ komplikasi.
Infirmasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapiutik, mencegah komplikasi. Perawatan dirumah sakit lama/ pemberian antibiotik IV/ antimikrobial perlu sampai kultur darah negative/ hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi. Pasien dengan riwayat demam reumatik berisiko tinggi untuk kambuh dan biasanya memerlukan profilaksis antibiotic jangka panjang. Pasien dengan masalah katup yang tidak mengalami riwayat demam reumatik memerlukan perlindungan antibiotic jangka pendek untuk prosedur yang menyebabkan pemindahan bakteri. tonsilektomi dan/atau adenoidektomi,

Pilih metode KB yang tepat(untuk pasien wanita)
Hindari penggunaan obat narkotik IV. Tingkatan praktek kesehatan seperti nutrisi yang baik, keseimbangan antara aktivitas/ istirahat, pantau status kesehatan sendiri dan melaporkan tanda infeksi. Berikan imunisasi, contoh vaksin influenza sesuai indikasi. Identifikasi dukungan individu/ sumber yang tersedia pasca pulang untuk memenuhi perawatan/ kebutuhan pemeliharaan di rumah. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan medis teratur, anjurkan pasien membuat perjanjian. Identifikasi factor resiko pencetus yang dapat dikontrol pasien, contoh: penggunaan obat IV(endokarditis) dan penganan masalah.

Prosedur bedah/biopsi mukosa pernapasan, bronkoskopi, insisi/ drainase jaringan terinfeksi dan prosedur GI/GU, melahirkan. Bakteri umumnya ditemukan dimulut dapat masuk dengan mudah kesirkulasi sitemik melalui gusi. Terjadinya infeksi, khususnya pernapasan streptokokal/pneumokokal atau influenz. Meningkatkan risiko keterlibatan jantung. Penggunaan IUD telah dihubungkan dengan peningkatan risiko proses inflamasi/ infeksi pelvis.
Menurunkan resiko masuknya pathogen langsung kesistem sirkulasi. Kekuatan system imun dan tahanan terhadap infeksi. Menurunkan risiko mengalami infeksi berat yang dapat menimbulkan infeksi jantung. Ketidaktoleransian terhadap aktivitas dapat mengganggu kemampuan pasien melakukan tugas yang dibutuhkan Pemahaman alasan untuk pengawasan medis dan rencana untuk/penerimaan tanggung jawab untuk evaluasi menurunkan risiko kambuh/ komplikasi. Pasien mungkin bermotivasi dengan adanya masalah jantung untuk mencari dukungan untuk menghentikan penyalahgunaan obat/ perilaku merusak.

4.      Implementasi
Pelaksanaan pada pasien dengan penyakit endokarditis antara lain sebagai berikut:
a.    melaksanakan intervensi sesuai dengan rencana yang telah dilakukan konsulidasi.
b.    Ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat
c.    Keamanan dan kenyamananfisik serta psikologisnya harus dilindungi
d.   Dokumentasi dan interensi serta respon klien terhadap tindakan medis dan keperawatan yang telah dilakukan.
5.      Evaluasi
a.    Nyeri (akut)
Hasil yang diharapkan:
1)        Mengidentifikasi metode yang memberi penghilangan
2)        Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol
3)        Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas pengalih sesuai indikasi untuk situasi.
b.    Intoleransi aktivitas
Hasil yang diharapkan:
1)        Melaporkan/ menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas
2)        Mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi
3)        Mengungkapkan pemahaman tentang pembatasan terapiutik yang dipelukan
c.    Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap
Hasil yang diharapkan:
1)        Melaporkan/ menunjukkan penurunan episode dispnea, angina, dan disritmia.
2)        Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung
d.   Perfusi jaringan, perubahan, risiko tinggi terhadap
Hasil yang diharapkan :
1)        Mempertahankan/ mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara individual. Missal : mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering, nadi perifer ada/ kuat, masukkan/ haluaran seimbangan
e.    kurang pengetahuan(kebutuhan belajar) tentang kondisi/ pengobatan
Hasil yang diharapkan:
1)        Menyatakan pemahaman tentang proses inflamasi, kebutuhan pengobatan, dan kemungkinan komplikasi
2)        Mengidentivikasi/ melakukan pola hidup yang perlu atau perubahan perilaku untuk mencegah terulangnya/ terjadinya komplikasi.



BAB IV
KAJIAN JURNAL

A.  Jurnal
Top of Form
Search MedlinePlus
Bottom of Form
Bacterial Endocarditis
What is bacterial endocarditis?
Bacterial endocarditis is an infection of the lining of the heart. This infection can occur in any person (infant, child, or adult) who has heart disease present at birth (congenital heart disease), or can occur in people without heart disease. Bacterial endocarditis does not occur very often, but when it does, it can cause serious heart damage. It is very important to prevent this infection from occurring, if possible.
How does the infection occur?
Bacterial endocarditis occurs when bacteria (germs) enter the bloodstream and lodge inside the heart, where they multiply and cause infection.
A normal heart has a smooth lining, making it difficult for bacteria to stick to it. However, persons with congenital heart disease may have a roughened area on the heart lining caused by pressure from an abnormal opening or a leaky valve. Even after surgery, roughened areas may remain due to scar tissue formation or patches used to redirect blood flow. These rough areas inside the heart are inviting, opportune places for bacteria to build up and multiply.
How does the bacteria get inside the body?
Bacteria can enter the body in many ways. According to the American Heart Association (AHA), some of the most common ways include the following:
  • dental procedures (including professional teeth cleaning)
  • tonsillectomy or adenoidectomy
  • examination of the respiratory passageways with an instrument known as a rigid bronchoscope
  • certain types of surgery on the respiratory passageways, the gastrointestinal tract, or the urinary tract
  • gallbladder or prostate surgery
Who is at risk for bacterial endocarditis?
Individuals with congenital heart disease (CHD) may be at increased risk of developing an infection inside the heart. There is greatest risk in those with chronic cyanotic heart conditions and/or pulmonary hypertension/Eisenmenger’s syndrome. Other congenital conditions that remain at risk are those with residual defects causing turbulent blood flow through heart chambers and/or areas of surgical repair with artificial materials such as patches or valve replacements.
Extensive review of research by the American Heart Association’s Endocarditis Committee and international experts developed new guidelines for prevention of bacterial endocarditis in 2007.  The new guidelines have also been endorsed by the Infectious Diseases Society of America, the Pediatric Infectious Disease Society, and the American Dental Association.
Previously all people with CHD received antibiotics before dental and invasive procedures to prevent endocarditis. The new guidelines, however, require antibiotics prior to dental procedures only for cardiac conditions associated with the highest risk of complications from endocarditis. You will need to discuss your child’s congenital condition with his/her doctor to determine if your child needs antibiotic prevention.
Note that antibiotic prophylaxis may change if your child has more surgery or any new concern with his/her heart condition. Some of the simple patch or valve repairs only require antibiotics for the first six months after surgery until the artificial material undergoes endothelialization, a process in which natural tissue grows over the artificial material and makes it smooth.
Antibiotic prophylaxis is now recommended only for the following cardiac conditions:
·       prosthetic (artificial) heart valves
·       a previous history of endocarditis
·       congenital heart disease only in the following categories:
o    unrepaired cyanotic congenital heart conditions, including those with palliative shunts and conduits
o    congenital heart conditions completely repaired with prosthetic material or device, whether placed by surgery or catheter intervention, during the first six months after the procedure
o    repaired congenital heart conditions with residual defects at the site or adjacent to the site of a prosthetic patch or device (which inhibit endothelialization)
·       cardiac transplantation recipients with cardiac valvular disease
Consult your child's physician with any further questions you may have about risk factors.
How is bacterial endocarditis diagnosed?
In addition to a complete medical history and physical examination of your child, diagnostic procedures may include:
  • echocardiogram (echo) - a procedure that evaluates the structure and function of the heart by using sound waves recorded on an electronic sensor that produce a moving picture of the heart and heart valves.
  • complete blood count (CBC) - a measurement of size, number, and maturity of different blood cells in a specific volume of blood.
  • blood culture - a test that assesses for and determines the specific type of bacteria in the bloodstream, if any.
How is bacterial endocarditis prevented?
Helping your child maintain excellent oral hygiene is an important step in preventing bacterial endocarditis. Regular visits to the dentist for professional cleaning and check-ups are essential. Proper oral hygiene is crucial, including regular brushing and flossing.
According to the AHA guidelines, prior  to procedures that put your child at risk, one dose of an antibiotic should be given. In most cases, the antibiotics can be given by mouth instead of through a shot or an intravenous (IV) line. Your child's dentist, pediatrician, or cardiologist can give prescriptions for the antibiotics to you.
Treatment for bacterial endocarditis:
Specific treatment for bacterial endocarditis will be determined by your child's physician based on:
  • your child's age, overall health, and medical history
  • extent of the infection
  • cause of the infection
  • your child's tolerance for specific medications, procedures, or therapies
  • expectations for the course of the infection
  • your opinion or preference
Bacterial endocarditis is serious. This infection can cause severe damage to the inner lining of the heart and to the valves. The infection can be treated in most cases with strong antibiotics given through an IV over the course of several weeks. However, heart damage may occur before the infection can be controlled. Consult your child's physician for more information.





B.  Analisis Data
1.    Pengertian Endokarditis
Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung.
2.    Terjadinya Infekksi Endokarditis
Infeksi Wndokarditis terjadi ketika bakteri (kuman) memasuki aliran darah dan berkumpul dalam hati, di mana mereka berkembang biak dan menyebabkan infeksi.
3.    Bakteri dapat memasuki tubuh dalam banyak cara. Menurut American Heart Association (AHA), beberapa cara yang paling umum adalah sebagai berikut :
a)    Prosedur perawatan gigi (termasuk pembersihan gigi profesional).
b)   Tonsilektomi atau adenoidektomi.
c)    Pemeriksaan dari rongga-rongga pernafasan dengan alat yang dikenal sebagai bronkoskop kaku.
d)   Beberapa jenis operasi pada rongga-rongga pernafasan, saluran pencernaan, atau saluran kemih.
e)    Kandung empedu atau operasi prostat.
4.    Orang-orang yang Berisiko terinfeksi Endokarditis.
Individu dengan penyakit jantung bawaan (PJK) mungkin pada peningkatan risiko mengembangkan infeksi di dalam hati. Ada risiko terbesar pada mereka penderita jantung sianosis dan/atau hipertensi paru/Eisenmenger 's syndrome. Kondisi bawaan lain yang tetap berisiko adalah mereka dengan sisa cacat menyebabkan aliran darah turbulen melalui ruang jantung dan/atau bidang bedah perbaikan dengan bahan buatan seperti patch atau penggantian katup.
5. Diagnosis Endokarditis
Selain riwayat medis yang lengkap dan pemeriksaan fisik anak Anda, prosedur diagnostik meliputi :
a)    Echocardiogram (echo) - suatu prosedur yang mengevaluasi struktur dan fungsi jantung dengan menggunakan gelombang suara direkam dengan sebuah sensor elektronik yang menghasilkan gambar bergerak dari katup jantung.
b)   Hitung darah lengkap (CBC) - sebuah pengukuran dengan ukuran, jumlah, dan kematangan sel darah yang berbeda dalam volume tertentu dari darah.
c)    kultur darah - tes yang menilai untuk dan menentukan jenis spesifik bakteri dalam aliran darah, jika ada.
6. Pencegahan.
Menjaga kebersihan mulut yang sangat baik merupakan langkah penting dalam mencegah bakteri endokarditis. Kunjungan rutin ke dokter gigi untuk membersihkan gigi dan cek-up sangat penting. Menjaga Kebersihan mulut dengan cara yang tepat adalah penting, termasuk menyikat biasa dan flossing.
Pengobatan untuk endokarditis :
Pengobatan khusus untuk bakteri endokarditis akan ditentukan oleh dokter anda, berdasarkan :
a)    Usia , kesehatan secara keseluruhan, sejarah dan medis.
b)   Tingkat infeksi.
c)    Penyebab infeksi.
d)   Toleransi anak Anda untuk obat tertentu, prosedur, atau terapi.

Endokarditis bakteri serius. Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan parah pada lapisan jantung dalam dan katup. Infeksi dapat diobati dalam banyak kasus dengan antibiotik yang kuat, diberikan melalui intravena selama beberapa minggu. Namun, kerusakan jantung dapat terjadi sebelum infeksi dapat dikendalikan. Konsultasikan dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut



BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.      Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung.
2.      Klasifikasi Endokarditis
a.    Endokarditis Infektif.
b.    Endokarditis Non Infektif.
3.      Gejala Klinis.
a.    Endokarditis Subakut.
b.    Endokarditis Akut.
4.      Komplikasi Endokarditis.
a.    Gagal Jantung.
b.    Emboli.
c.    Aneurisma Mikotik.
5.      Pemeriksaan Penunjang.
a.    Laboratorium.
b.    Echokardiografi.
c.    Pemeriksaan EKG.
6.      Asuhan Keperawatan.
a.    Pengkajian.
b.    Diagnosa Keperawatan.
c.    Intervensi.
d.   Implementasi.
e.    Evaluasi.
B.  Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar-benar memahami dan mewujud nyatakan peran perawat yang prefesional, dan selalu mengembangkan ilmu keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Joewono, Boedi Soesetyo. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovasculer. Jakarta: Salemba Medika
Rilantono, Lily Ismuldiati . 1996. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Idonesia.
Smeltzer C suzanne, Bare Brenda G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.. Jakarta : EGC
Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika


                     April 2012
                     April 2012